Senin, 29 Juni 2009

Resume Fiqh Prioritas (Yusuf Qordhowi)


1. Kebutuhan umat kita sekarang akan fiqh prioritas
Saat ini umat Islam berada di antara jalan-jalan yang penuh kebimbangan. Umat Islam belum memiliki pemahaman yang komprehensif dalam beraktifitas dalam kehidupan sehari-hari. Urusan-urusan yang tidak penting dan tidak mendesak cenderung lebih diutamakan daripada urussan-urusan yang penting dan tidak mendesak, juga mengutamakannya dari pada urusan-urusan yang mendesak dan penting.

Islam mengajarkan seluruh tata cara beramal dalam kehidupan ini, termasuk dalam hal-hal yang membutuhkan skala prioritas. Dengan kata lain, umat Islam perlu memahami tentang aktifitas-aktifitas yang wajib dan mendesak untuk didahulukan dan juga perlu mengetahui hal-hal yang diahirkan dari keseluruhan aktifitas-aktifitas. Pemahaman ini (fiqh) mutlak dibutuhkan agar umat Islam mampu mengerjakan seluruh kewajiban-kewajibannya secara optimal dam mampu meninggalkan larangan-larangan Alah SWT secara bertahap.

Kasus yang sering terjadi di kalangan umat Islam saat ini adalah banyaknya dari mereka yang mendahulukan perkara-perkara tidak penting dan tidak mendesak di atas perkara-perkara yang mendesak dan penting. Pembangunan di bidang kesenian dan hiburan lebih diutamakan daripada pembangunan pendidikan dan kesehatan. Pengembangan aspek jasmaniah lebih diutamakan daripada aspek-aspek rohaniah. Dengan demikian, bila umat Islam tidak memiliki pemahaman yang komprehensip tentang urutan amal maka kemajuan Islam tidak akan pernah tercapai.

2. Hubungan antara fiqh prioritas dan fiqh lainnya
Fiqh prioritas memiliki hubungan yang sangat erat dengan fiqh lainnya terutama fiqh pertimbangan (muwazanah). Kaitannya dengan fiqh muwazanah itu dapat dilihat dari peranan pentingnya yaitu :
- Memberikan pertimbangan antara berbagai kemaslahatan dan manfaat dari berbagai kebaikan yang disyariatkan
- Memberikan pertimbangan antara berbagai bentuk kerusakan , mudharat, dan kejahatan yang dilarang oleh agama
- Memberikan pertimbangan antara maslahat dan kerusakan, antarakebaikan dan kejelekan apabila dua hal yang bertentangan ini bertemu satu sama lain

Kemaslahatan itu ada tiga macam yaitu kemaslahtan yang mubah, kemaslahatn yang sunnah, dan kemaslahatan yang wajib. Demikian juga dengan kerusakan ada dua macam yaitu kerusakan yang makruh dan kerusakan yang haram. Dari berbagai pertimbangan tersebut dapat dirumuskan urutan amal (prioritas) mana yang lebih didahulukan atas satu dengan yang lainnya.

3. Memprioritaskan kualitas atas kuantitas
Al-Qur’an memberikan perhatian yang besar dalam hal kualitas di atas kuantitas, walaupun keduanya merupakan hal yang diharapkan. Apabila dalam kondisi-kondisi tertentu, maka umat Islam harus mampu mendahulukan kualitas daripada kuantitas.
Betapa banyak ayat Al-Qur’an yang menegaskan bahwa kuantitas (jumlah yang banyak) tanpa kualitas adalah suatu hal yang sangat buruk, misal ada beberapa ayat yang menyatakan “betapa banyak manusia yang tidak beriman, betapa banyak manusia yang tidak bersyukur, kebanyakan mereka tidak mengetahui, kebanyakan mereka tidak memahaminya, dll”.

Saat ini umat Islam dihadapkan pada persoalan tentang kebanggaan akan kuantitas, sedangkan kualitas (isi/substansi) cenderung tidak diperhatikan. Fenomena ini dapat memukul mundur Islam dalam pergulatan peradaban. Ini adalah suatu hal yang perlu disikapi secara lebih serius oleh umat Islam itu sendiri.
Sirah Rasulullah SAW juga mengisyaratkan perlunya perhatian dalam masalah kualitas daripada kuantitas.

4. Prioritas ilmu atas amal
Dalam masalah ini, kita perku mengetahui bahwa ilmu adalah prioritas daripada amal karena ilmu akan menuntun dan memotivasi timbulnya suatu amal. Sedangkan amal tidak mampu mendatangkan ilmu. Selain itu, pemahaman juga harus didahulukan daripada hafalan belaka, juga prioritas atas maksud dan tujuan (hal substantif) ketimbang penampilan luar .

5. Prioritas dalam bidang fatwa dan Da'wah
Di dalam bidang fatwa dan dakwah, kita perlu memprioritaskan persoalan yang ringan dan mudah atas persoalan yang berat dan sulit. Berbagai nash memberikan petunjuk pada kita bahwa perkara-perkara yang mudah dan ringan lebih dicintai oleh Allah SWT. Nabi SAW ketika memulai dakwahnya sangat memberikan kemudahan dan keringanan bagi umat. Ketika ditanyakan tentang suatu hal, maka beliau cukup memberikan defenisi-defenisi sederhana, mudah, dan tidak sulit. Beliau mengarahkan kemudahan untuk mengerjakan hal-hal yang wajib daripada hal-hal yang sunnat.

Islam mensyariatkan hukum-hukum yang khusus pada kondisi-kondisi yang darurat. Sebagai contoh bolehnya memakan makanan yang haram pada keadaan-keadaan darurat dan keadaan terpaksa. Di dalam berdakwah, dikenal istilah marhalah (pentahapan). Pengharaman khamar di dalam Al-Qur’an juga dilakukan secara bertahap. Segala bentuk perintah dan larangan dari Allah SWT harus melalui pentahapannya sehingga setiap muslim pada akhirnya mampu menyanggupi seluruh perintah dan menjauhkan segala larangan-Nya.
Ukuran yang benar dalam memperhatikan segala sesuatu harus berdasakan perhatian terhadap isu-isu yang disorot oleh al-Qur'an saja. Sehingga kita dengan mudah mengetahui manakah perkara yang diprioritaskan/disorot secara jelas oleh Al-Qur’an dan mana yang sedikit diperhatikan.
Di dalam buku Syaikh Yusuf yang lain (Kaifa Nata’amal ma’a Al-Qur’an Al-‘azhim), dikisahkan bahwa ada seorang ulama yang selalau membahas tentang thaharah (bersuci) secara mendetail dan terus menerus pada setiap waktu dan kesempatan beliau berceramah, sedangkan beliau sangat jarang dan seakan dan melupakan urusan-urusan jihad. Tindakan seorang da’I atau ulama yang sedemikian adalah tindakan yang jauh dari sorotan Al-Qur’an. Apabila diperhatikan dengan seksama, sorotan Al-Qur’an dalam masalah thaharah secara gamblang tidak lebih dari satu tempat saja dalam Surah Al-Ma’idah. Sedangkan masalah jihad selalu dibahas dalam hampir setiap surah di dalam Al-Quran. Inilah yang dimaksudkan tentang bagaimana kita memprioritaskan suatu hal sesuai dengan prioritas Al-Qur’an dalam mempersoalkan dan membahasnya.

6. Prioritas dalam berbagai bidang amal
Amal-amal yang disyariatkan kepada manusia juga memiliki tingkatan-tingkatan. Ada hal-hal yang perlu disegerakan dan diutamakan, dan ada juga hal-hal yang boleh diakhirkan. Adanya keharusan dalam memprioritaskan amal yang kontinyu atas amal yang terputus-putus, dan prioritas amalan yang luas manfaatnya atas perbuatan yang kurang bermanfaat, serta prioritas terhadap amal perbuatan yang lebih lama manfaatnya dan lebih lama kesannya.
Selain itu, prioritas amalan hati atas amalan anggota badan dan perbedaan tingkat keutamaan sesuai dengan tingkat perbedaan waktu, tempat, dan keadaan.

7. Prioritas dalam perkara yang diperintahkan
Adapun perkara yang pokok seperti keimanan dan tauhid kepada Allah, keimanan kepada malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari akhir adalah lebih utama diprioritaskan daripada perkara-perkara cabang seperti syariah. Tauhid dan keimanan yang benar akan membuahkan hasil berupa amalan-amalan yang benar sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan Sunnah. Amalan-amalan itu lah yang nantinya tertuang dalam hukum-hukum syariah bagi manusia.

Beberapa hal lain yang perlu mendapat prioritas adalah adanya prioritas fardhu atas sunnah dan nawafil, prioritas fardhu 'ain atas fardhu kifayah , prioritas hak hamba atas hak Allah semata-mata, prioritas hak masyarakat atas hak individu, prioritas wala' (loyalitas) kepada umat atas wala' terhadap kabilah dan individu.

8. Prioritas dalam perkara-perkara yang dilarang
Perkara yang dilarang juga memiliki tingkatan-tingkatan sebagaimana perkara-perkara yang diperintahkan. Dalam hal ini, umat Islam perlu memahami tentang perbedaan mendasar antara kekufuran, Kemusyrikan, dan Kemunafiqan yang Besar dan yang Kecil.

Selain memahami hal di atas, umat Islam juga perlu memahami adanya kemaksiatan besar yang dilakukan oleh hati manusia. Kemaksiatan tidak hanya berwujud lahiriah. Kemaksiatan hati yang merupakan kemaksiatan yang besar antara lain : kesombongan, kedengkian dan kebencian, kekikiran yang diperturutkan, hawa nafsu yang dituruti, riya’ (pamer diri), serta cinta dunia, cinta harta, kehormatan, dan kedudukan.

Tambahan lain bagi kemaksiatan adalah bid'ah dalam aqidah dan amalan. Bid’ah adalah sesuatu yang diada-adakan manusia dalam urusan agama. Sesungguhnya bid’ah memiliki banyak macamnya dan semuanya tidak berada dalam satu tingkatan yang sama dan begitu pula dengan orang yang melakukannya. Ada orang yang menganjurkan kepada bid’ah dan ada pula orang yang hanya sekadar ikut-ikutan dalam melakukan bid’ah dan tidak mengajak orang lain untuk melakukan bid’ah. Semua kelompok ini memiliki kaitan hukum yang berbeda.
Syubhat merupakan perkara yang berada satu level di bawah perkara-perkara kecil yang diharamkan, yaitu perkara yang tidak semua orang banyak mengetahuinya dengan jelas, atau dengan kata lain kehalalan atau keharamannya berada dalam keadaan yang samar-samar. Makruh merupakan bagian yang paling rendah dari sekian banyak perkara yang dilarang dalam agama. Makruh teridir atas dua jenis yaitu makruh tahrimi (lebih dekat kepada hal yang haram) dan makruh tanzihi (lebih dekat kepada hal yang halal).

9. Prioritas dalam bidang reformasi
Perlunya memperbaiki diri sebelum memperbaiki sistem maksudnya ialah adanya perhatian yang besar pada upaya-upaya pembinaan pribadi sebelum membangun tatanan masyarakat. Semuanya harus dimulai dari pembangunan individu yang kelak akan membuahkan hasil yang lebih baik. Perlu diingat bahwa kumpulan-kumpulan individu yang telah terbangun dan terbina dengan baik pada akhirnya akan membentuk suatu komunitas / tatanan sosial kemasyarakat yang baik pula.

Pembinaan dan pendidikan individu yang dimaksudkan di sini adalah pembinaan manusia mu’min, yang dapat mengemban misi dakwah, bertanggungjawab menyebarkan risalah Islam, tidak kikir terhadap harta benda, tidak sayang kepada jiwanya dalam melakukan perjuangan di jalan Alah, dan pada saat yang bersamaan ia memberikan teladan dalam menerapkan nilai-nilai agama terhadap dirinya sekaligus menarik orang lain untuk melakukan perbuatan yang sama.

Dengan memahami prioritas dalam bidang reformasi, umat Islam akan semakin mudah mencapai tujuannya dalam memperbaiki keadaan. Jadi, bila ingin membangun sebuah sistem kekhalifahan yang luas dan komprehensif maka perlu melihat skala prioritas yang utama, yakni adanya pembinaan pribad-pribadi sebelum berkampanye lebih jauh tentang sistem khilafah yang tidak semua orang cepat memahaminya.

10. Fiqh prioritas dalam warisan pemikiran
Imam al-Ghazali memberikan perhatian dalam masalah Fiqh Prioritas. Di antara pemikirannya yakni menyoroti betapa banyak orang-orang yang tertipu (ghurur) dalam melakukan berbagai aktifitas dan banyaknya orang yang timpang dalam membuat peringkat amalan syariah.
Ulama lain yang mempunyai kepedulian terhadap Fiqh Prioritas adalah Ibnu Taimiyah, misalnya dalam hal perbedaan keutamaan amal karena perbedaan keadaan dan pertentangan antara kebaikan dan keburukan.

11. Fiqh prioritas dalam da'wah para pembaru di zaman modern
Beberapa ulama pembaru di zaman modern yang memiliki perhatian dalam masalah ini adalah Imam Muhammad bin Abd al-Wahhab, Az-Za’im Muhammad Ahmad al-Mahdi, Sayyid Jamaluddin, Imam Muhammad Abduh, Imam Hasan al-Banna’, Imam al-Maududi, as-Syahid Sayyid Quthub, ustadz Muhammad al-Mubarak, Syaikh al-Ghazali.

Kajian Fiqh Prioritas yang ditulis oleh Syaikh Yusuf ini dilakukan oleh beliau secara mendasar, komprehensif, dan terperincisebagaimana yang dianjurkan oleh tokoh pembaharu Islam. Harapan Syaikh Yusuf semoga pemikirannya tentang Fiqh Prioritas ini dapat menjadi salah satu sumbangan dalam perkembangan pemikiran Islam di zaman modern saat ini. Satu hal penting yang menjadi catatan besar bagi kita, bahwa fiqh prioritas ini bukanlah sesuatu yang baru, bukan suatu yang diada-adakan di dalam Islam. Semua pembahasan di dalam buku tersebut dilengkapi dengan nash-nash yang shahih, juga disertai dengan pandangan-pandangan beberapa ulama terdahulu. Lebih jelasnya, silakan baca bukunya : FIQH PRIORITAS Yusuf Al-Qardhawi.

Wallahu a’lam

Rabu, 11 Maret 2009

Jiwa Humanis Dalam Pendidikan Kritis

PUNCAK tujuan dari setiap individu manusia sejatinya adalah humanisasi atau menjadi lebih humanis. Untuk mencapai tujuan tersebut manusia senantiasa melacak dan menggali potensinya melalui proses kontinyu yang dinamakan dengan belajar. Sayangnya proses tersebut selalu disederhanakan dengan belajar formal, yakni sekolah dari TK, SD, SMP, SMA, dan akan berhenti sampai di bangku perguruan tinggi. Konsep belajar sepanjang hayat telah berubah menjadi belajar sampai sarjana.

Tanpa kita sadari sesungguhnya pendidikan yang terbatas pada ruang segi empat (baca: kelas) itu telah mereduksi sisi kemanusiaan kita (dehumanisasi). Pendidikan telah menjadi arena pemaksaan untuk mempelajari konsep-konsep ilmu yang sangat banyak, yang mungkin sudah out-off-date, dan tidak ada kaitan langsung dengan kehidupan peserta didik. Pendidikan hanya menjadikan individu-individu untuk beradaptasi dengan lingkungannya, bukan merubah realitas yang ada. Maka tidaklah mengherankan jika kita seringkali mendengar istilah: sulit menjadi orang baik di lingkungan tidak baik. Hal ini sesungguhnya mengindikasikan bahwa ada keengganan untuk mengubah keadaan yang ada (sistem), tetapi sebisa mungkin menyesuaikan dengan sistem yang ada. Jika hal ini berjalan terus-menerus maka tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa akan menjadi cita-cita yang menggantung di langit, tidak membumi, dan tidak pernah tercapai.

Pendidikan Kritis

Paulo Freire, pedagogik kritis asal Brazil telah menggagas pentingnya pendidikan kritis melalui proses penyadaran (konsientisasi). Yaitu upaya penyadaran terhadap sistem pendidikan yang menindas yang menjadikan masyarakat mengalami dehumanisasi. Pendidikan diharapkan mampu mendekonstruksi kenyataan sosial, ekonomi, dan politik bahkan agama serta merekonstruksi untuk menyelesaikan pelbagai problem masyarakat. Dengan demikian pendidikan akan menjadi problem solver, bukan malah menjadi part of problem.

Membangun pendidikan kritis melalui upaya penyadaran (konsientisasi) sebagaimana yang ditawarkan oleh Freire tidaklah mudah. Untuk itu diperlukan strategi dan langkah-langkah untuk mencapainya. Pertama adalah memperbaiki konsep kurikulum lembaga keguruan sebagai pencetak calon guru. Lembaga ini harus mampu menghasilkan calon guru yang mampu menganalisis kurikulum untuk dikaitkan langsung dengan problem kehidupan yang ada, menjadi fasilitator, motivator, dan administrator. Kecenderungan yang ada selama ini adalah terbatasnya kualitas lulusan pada kemampuan sebagai administrator, sehingga guru kurang berhasil memerankan peranan sebagai fasilitator dan motivator yang baik.

Kedua adalah mengubah proses pembelajaran dari pedagogik ke andragogik. Pembelajaran yang bercorak pedagogik hanya akan menghasilkan budaya bisu (the cultural of silence). Peserta didik hanya diposisikan sebagai obyek yang harus menuruti kemauan guru. Dengan pembelajaran yang bercorak andragogik maka peserta didik menjadi mitra belajar bagi guru itu sendiri. Guru dan peserta didik menjadi sama-sama belajar, ada keharmonisan dan kehangatan dalam belajar karena keduanya merasa di”manusiakan”. Pembelajaran andragogik juga menekankan pada problem solver sehingga teori yang diajarkan akan menjadi pisau analisis terhadap realitas yang ada, bukannya terbatas sebagai alat untuk menjawab soal dalam ujian.

Ketiga adalah mengoptimalkan kurikulum lokal. Kurikulum lokal yang selama ini diterjemahkan dengan muatan lokal harus benar-benar diberdayakan. Selama ini kurikulum lokal diposisikan sebagai pelengkap derita dan tidak dimanfaatkan untuk dijadikan sebagai sebuah keunggulan. Mestinya kurikulum lokal benar-benar menjadi branch image setiap sekolah di wilayah tertentu sehingga memperkaya keilmuan yang ada sekaligus konservasi terhadap keunikan-keunikan lokal, dan sebagai bentuk perimbangan terhadap globalisasi yang semakin liar.

Pendidikan Berbasis Entrepreneur

Schumpeter, sebagaimana dikutip Bygrave (1996) dalam Entrepreneurship, mengatakan seorang wirausahawan adalah individu yang memperoleh peluang dan menciptakan organisasi untuk mengejarnya (mengejar peluang). Sedangkan Drucker (1996), mengatakan bahwa wirausaha selalu mencari perubahan, menanggapinya, dan memanfaatkannya sebagai peluang. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa seorang entrepreneur adalah pribadi yang mencintai perubahan, karena dalam perubahan tersebut peluang selalu ada. Ia akan selalu mengejar peluang tersebut dengan cara menyusun suatu organisasi.

Oleh Karena itu, jika pendidikan memiliki misi melaksanakan pendidikan wirausahawan, maka sudah selayaknya kurikulum dan strategi pembelajarannya mengalami perubahan dan penyesuaian. Melihat karakter wirausahawan di atas, kelihatannya sulit pembentukan wirausahawan tercapai, manakala proses pembelajarannya tetap mempergunakan strategi “klasik”.

Menurut Scharg et. al. (1987) wirausahawan merupakan hasil belajar. Meskipun jiwa wirausahawan mungkin juga diperoleh sejak lahir (bakat), namun jika tidak diasah melalui belajar dan dimotivasi dalam proses pembelajaran, sulit dapat diwujudkan. Untuk mempertajam minat dan kemampuan wirausahawan perlu ditumbuh-kembangkan melalui proses pembelajaran. Di sinilah letak dan pentingnya pendidikan wirausahawan dalam pendidikan.

Jika seorang pendidik menginginkan menumbuhkan sikap peserta didik, sudah seharusnya mengetahui bakat yang ada pada peserta didik, keinginan peserta didik, nilai dan pengetahuan yang seharusnya didapat pesera didik, serta lingkungan lain yang kondusif bagi penumbuhan sikap mereka, termasuk lingkungan politik. Keadaan ini sulit dilakukan, tetapi harus diusahakan. Jika kita ingin pendidikan berkembang dan bermanfaat bagi masyarakat, maka kita tidak boleh diam. Apapun hasilnya, pendidik harus berusaha melakukan inovasi proses pendidikan. Perlu disadari, bahwa segala sesuatu membutuhkan proses yang cukup panjang untuk mencapai suatu keberhasilan.

Implikasinya dalam Kehidupan Nyata

Melihat uraian singkat tentang konsep pendidikan kritis dan mental wirausaha di atas, maka kita dapat mendesain model pendidikan masa depan yang lebih “produktif”. Pendidikan kritis sangat diperlukan agar setiap manusia mengenal kediriannya, humanis, tidak kerdil, dan reaktif terhadap perubahan yang terus-menerus. Membangun pendidikan kritis adalah tanggung jawab bersama seluruh stakeholder pendidikan. Dengan kata lain, jika dipahami dari konsep tersebut, maka sudah seharusnya pendidikan di Indonesia dapat berperan sebagai problem solver dengan dibarengi mental wirausaha yang terpatri dalam diri. Artinya, peserta didik dibekali dengan pelbagai disiplin keilmuan yang mumpuni yang dapat dijadikan “modal” untuk menyelesaikan beberapa permasalahan yang muncul dan berkembang di masyarakat. Selain itu, dengan jiwa wirausahanya peserta didik akan selalu melakukan pembaharuan dan inovasi secara dinamis di masyarakat. Walhasil, perjalanan dalam kehidupan masyarakat akan terus mengalami perkembangan-perkembangan (yang positif) tanpa meninggalkan jiwa kekritisan yang telah dibentuk melalui proses pendidikan.

Sebagai seorang profesional muda, jiwa entrepreneur perlu kita kembangkan. Mengembangkan bisnis sendiri sekaligus meniti karier di perusahaan bisa dijalankan bersamaan, asalkan kita smart memaksimalkan potensi.

Sebagai profesional muda, kita harus menentukan goal perjalanan karier kita. Namun, kita juga bisa menggali jiwa entrepreneur dalam diri kita. Mengelola bisnis sendiri sekarang sudah lumrah. Kalau itu untuk memaksimalkan potensi diri, kenapa tidak? Namun sebagai calon wirausahawan, hal yang perlu kita perhatikan tidak hanya modal finansial, tetapi juga modal non-finansial. Yang dimaksud dengan modal non-finansial adalah jiwa enterpreneur dalam diri kita cukup baik ataukah memulai bisnis karena emosional disebabkan tertekan bekerja di bawah kendali orang lain? Nah, sebelum membangun sebuah usaha, ada baiknya kita mempelajari kiat-kiat berikut ini.

HAL-HAL PENTING SEBELUM BERWIRAUSAHA

Memiliki pertimbangan matang.
Cobalah melihat analisis SWOT — Strength, Weakness, Opportunity, dan Treat. Keempat kriteria ini harus selalu mendasari setiap keputusan, termasuk memulai bisnis sendiri.

Berani ambil risiko.
Perlu keberanian yang luar biasa untuk berwirausaha. Jadi, jangan langsung tergiur untung besar. Yang penting Anda mau kerja keras.

Mampu membangun partnership dan mitra yang baik.
Salah satu faktor sukses bisnis adalah membangun partnership dan mitra bisnis. Hal ini bisa kita dapatkan dengan mengembangkan pergaulan di kantor atau juga di kehidupan sosial secara umum.

Libatkan orang yang Anda percayai, misalkan keluarga sendiri.
Apalagi jika Anda memulai bisnis dengan modal yang tidak besar. Melibatkan keluarga akan memperkecil risiko karena Anda sudah lebih kenal, jadi bisa lebih dipercaya. Namun, kita harus tetap profesional. Kita perlu selidiki anggota keluarga tersebut apakah ia memiliki kriteria yang kita harapkan atau tidak.

SAMBIL BERWIRAUSAHA

Bagaimana kita membagi waktu bila masih bekerja di sebuah perusahaan dan memiliki tanggung jawab, sementara harus mengendalikan perusahaan sendiri? Kedua bidang ini tidak boleh ada yang dikorbankan. Jam berapa kita harus bekerja di perusahaan, do the best. Lalu sisa waktu kita gunakan untuk mengendalikan bisnis sendiri. Yang pasti hal itu menuntut kita bekerja optimal. Memang sudah risiko kalau kita harus bisa bertanggung jawab dan profesional dalam dua bidang yang kita jalani. Namun, jangan melakukan hal-hal yang bisa mengganggu operasional kantor di perusahaan Anda. Jadi, jangan mencoba melakukan hal-hal yang bisa menimbulkan dampak negatif. Kita harus ingat bahwa “dinding-dinding juga bertelinga”.

WIRAUSAHAWAN YANG EXPERT DI SEGALA BIDANG, BISAKAH?

Seorang profesional eksekutif tidak perlu mengetahui segala bidang dengan detail, tetapi cukup bisa membacanya. Kalau seorang wirausaha yang memimpin segala bidang harus expert dalam segala hal, misalnya dalam pembukuan, komputer, komunikasi, dan public relation, itu wasting time. Kita tidak punya waktu mempelajari dan melakukan semuanya. Tetapi jangan sampai kita tidak bisa membaca bidang tersebut. Kalau tidak bisa membaca, kelemahan kita akan bisa dimanfaatkan orang lain. Misalnya, komputerisasi. Mungkin kita tidak terlalu expert dengan software, tetapi kita tahu bahwa sekarang ada sistem baru. Kita hanya perlu expert dalam satu bidang dan cukup “tahu” bidang lainnya. Tidak mungkin seseorang ahli dalam beberapa bidang. Mungkin hanya satu atau dua bidang, tetapi yang satunya mungkin tidak sehebat yang pertama.

SANTUN BERWIRAUSAHA Semua wirausaha awalnya pasti selalu dimulai dengan belajar. Bisa dengan melihat-lihat usaha orang lain, bisa juga dengan belajar lewat buku. Seorang entrepreneur sejati tidak berhenti untuk belajar. Dunia bisnis selalu berubah dengan sangat cepat. Bisa jadi, bisnis produk tertentu tahun ini booming, tapi tahun depan malah anjlok. Jadi, kita perlu jeli melihat peluang. Namun kita perlu tahu aturan juga. Tidaklah etis jika kita meniru produk orang lain atau mencatut merek dagang mereka. Kreatiflah mencari cara-cara baru mengembangkan bisnis, tapi jangan sampai memakai segala cara hanya untuk meraup keuntungan.

Berbisnis sendiri berarti kita harus siap bekerja keras dan tidak mudah menyerah. Kita pun harus berani melihat kelemahan diri dan disiplin untuk meningkatkan diri. Jadi, teruslah meningkatkan kemampuan.
Indayati Oetomo
Direktur Internasional John Robert Po

Di Puncak Mahakam

Hari ini tak seperti biasanya, hanya Fijar yang terlihat murung dibandingkan yang lain. Biasanya ia paling antusias dalam pendakian. Bahkan dipendakian kemarin ia yang menjadi ketua regu pertama.

Hari yang melelahkan setelah seharian mendaki akhirnya mereka sampai ke Mahakam, sambil merasakan sejuknya siang di Mahakam. Potret kehidupan alam yang asri, tak seharusnya dirusak.

Bruuk….

“Berat bawaannya ya? Sudah kubilang kemarin bawalah secukupnya saja”.

”Inginnya seperti itu tapi ini titipan ibuku To”

”Kau beruntung Fi punya ibu yang sangat sayang padamu”.

Fijar membalas dengan senyuman. Kata-kata itu mengingatkannya pada perdebatan kemarin sore dengan ibu. Saat ia mohon untuk diizinkan ke mahakam.

“Ibu takut terjadi apa-apa dengan mu”.

“Ayolah bu, aku sudah sembuh”. Paksa Fijar.

“Iya, tapi….!”

“Sudahlah bu, aku tidak apa-apa”

Sebenarnya kalau saja Fijar sudah sembuh betul, pastilah sang ibu mengizinkan. Sisa operasi kemarin pun masih membekas dikaki kanannya. Itu berawal dari kejadian minggu siang ketika ia pulang dari rumah paman di Patokan, motor mungilnya tersenggol bendi yang melintas tepat di depannya., terperosoklah ia kedalam selokan dekat pinggir ladang jagung pak Syafir, beruntung kejadian itu terlihat oleh pemilik ladang, secepat mungkin berlari menghampiri onggokan tubuh yang tertimpa motor dengan posisi terduduk. Tulang peluru Fijar bergeser. Sebab itu sang ibu mengatakan tidak, saat Fijar memaksa perizinan sang ibu untuk ke Mahakam.

Fijar berjalan kearah pintu tua menuju halaman belakang rumah sambil mengerenyitkan dahi.

Gerimis baru saja mereda, sejenak terhirup bau amis tanah yang menghantarkan aroma alam. Tetap saja tak mengalahkan niat Fijar untuk berangkat.

“Aku janji tidak akan menyusahkan siapa pun”. Memecah kesunyian.

“Ibu tak tahu harus dengan apa melarang mu, ibu tak mau kejadian kakamu terulang kembali”.

“Tapi itu khan musibah bu!”. Bantah Fijar, dengan nada keras.

Sang ibu tertunduk haru, tanpa sadar pipinya sudah sembab dengan linangan air mata, mengingatkan kembali akan kematian Adis anak pertamanya. Mungkin itu juga yang menyebabkan ibu amat protected terhadap Fijar, ia tak ingin kehilangan Fijar.

Perlahan mendekati sang ibu, menatap wajahnya dalam-dalam, mengusap linangan air mata dengan tangan kanan.

”maafkan aku bu, tapi kumohon izinkan aku untuk pergi”.

********

”Hayo... lagi memikirkan apa!”. Kejut Anni sambil menyentuh lembut pundak Fijar. Dengan sedikit terkejut Fijar berdiri.

”Ah kamu mengagetkan saja, aku ingat ibuku”. Jawab Fijar dengan wajah yang sedih.

“Sebelum kesini aku sempat berdebat dengannya kemarin sore. Sebenarnya...... ia tak mengizinkan ku kesini, barang kali masih trauma dengan kematian kakakku ”.

Anni terdiam mendengar penjelasan Fijar.

”Lalu kenapa kau tetap ikut?”.

”Dengan nada terpaksa, akhirnya ibu mengizinkanku. Tapi kalau boleh jujur, masih ada yang mengganjal di hati ini, saat ibu memberikan izin, entah perizinan ini karena setuju atau karena memang ....”. Fijar terdiam.

”karena memang apa?”. Usut Anni dengan penasaran.

”Atau karena memang terpaksa dan sudah mengikhlaskanku”.

Mereka termenung dalam kesunyian alam. Yang terdengar hanya nyanyian burung merdu, diringi syahdunya gemericik anak sungai dan bisikan lembut sang bayu. Anni hadir diwaktu yang tepat saat Fijar ingin mengungkapkan semua isi hatinya.

Dengan suara yang serak. Sembari memegang erat tangan Fijar.

”Kenapa Fi bisa beranggapan seperti itu?, aku yakin ibu mu sangat sayang padamu, dia hanya tak ingin kehilanganmu”. Anni berusaha meyakinkan sahabatnya yang sedang diselimuti kesedihan.

”Sudahlah.....Fi alangkah baiknya sepulang dari sini kau pinta maaf dari ibumu”.

Air mata Fijar tak terbendung lagi, mengalir deras di pipi merahnya, terus mengalir melewati dagu dan membasahi tangan Anni setelah perlahan mengayun dan mendarat di wajah Fijar.

Selama ini memang hanya Anni yang sering diajak diskusi oleh Fijar mengenai permasalahan yang dialaminya. Bahkan tanpa segan Fijar menceritakan masalah pribadinya.

Kedekatan mereka memang sudah cukup lama terjalin. Saking eratnya sampai-sampai satpam kampus tempat mereka kuliah menganggap Fijar dan Anni sebagai saudara kandung. Kedekatan itu pula yang sering kali menghantarkan mereka menjuarai berbagai event karya tulis mahasiswa tingkat nasional. Tidak tanggung-tanggung mereka menyabet tiga kali berturut-turut juara pertama Lomba Karya Tulis Mahasiswa se-Nasional, yang diadakan oleh berbagai universitas dalam negeri. Pahit manis perjalanan kisah mereka tak mungkin tergantikan oleh apapun..

Dari kejauhan.

”Rekan-rekan sekalian, mari kita mulai acaranya. Semuanya berkumpul di sumber suara”.

Teriakan anto terdengar lantang sambil memegang pengeras suara terlihat sangat gagah. Membangunkan semangat para pendaki untuk kembali berdiri.

”Kita gabung dengan mereka, mungkin saja ini bisa menghilangkan kegelisahanmu”.

Mereka pun akhirnya meneruskan kegiatan yang sedang diikuti.


U_By

Membangun Jiwa Entrepreneur Muslim

Wakil Presiden Jusuf Kalla mengakui, hingga kini pertumbuhan jumlah pengusaha pribumi berjalan lambat dibandingkan dengan pertumbuhan jumlah pengusaha nonpribumi. Ini karena minat lulusan universitas di Indonesia masih sedikit yang ingin menjadi pengusaha. Banyak diantara anak – anak keturunan pribumi lebih memilih menjadi pegawai negeri sipil atau seorang tentara. Ini berbeda dengan kultur anak – anak nonpribumi yang sangat besar untuk berwiraswasta Hal ini disampaikan Wapres saat memberikan pengarahan di acara pembukaan “Tepang Saudagar Tatar Sunda “ atau pertemuan para kelompok pengusaha yang berasal dari daerah Pasundan, Jawa Barat di Gedung pertemuan Bank Indonesia (BI) Bandung.(Kompas , 25 Maret 2008).

Apa yang dikatakan Wakil Presiden Jusuf Kalla tsb memang benar , banyak teman – teman saya yang lulus sekolah atau kuliah itu tidak berfikiran sama sekali untuk menjadi pengusaha dengan berbagai macam alasan. Mereka lebih memilih menjadi pegawai swasta atau menjadi pegawai negeri. Terlepas bagaimana cara orang – orang nonpribumi itu berbisnis yang perlu kita cermati adalah bagaimana orang – orang nonpribumi itu berusaha membangun jiwa kemandirian tanpa harus bekerja kepada orang lain.

Saya mempunyai teman nonpribumi pada waktu SMEA namanya Maria Deliana ,ia seorang wanita yang cerdas dan berprestasi di sekolah . Setelah lulus sekolah ia tidak ikut teman – teman yang lain untuk ikut test ikut masuk perguruan tinggi STAN milik pemerintah , ia lebih memilih kuliah di swasta sambil bekerja dan berjualan sepatu, ini saya melihat sendiri ketika bertemu di sebuah kereta listrik (KRL) jabotabek padahal saya tahu orangtuanya mempunyai toko material di daerah klender.

Banyak alasan teman – teman saya ummat muslim untuk tidak menjadi pengusaha karena keterbatasan modal, padahal membuka usaha itu tidaklah harus langsung besar yang penting adalah semangat untuk membangun jiwa kemandirian secara terus menerus seperti yang dilakukan oleh orang – orang nonpribumi. Saya pernah mendengar ceramah Ir.Fadel Muhammad di kampus (sekarang geubernur gorontalo) mengenai membuka usaha itu seperti orang yang memakan pisang haruslah dikupas dulu kulitnya satu per satu barulah bisa memakan manisnya buah pisang.

Jadi untuk membuka usaha bisa mencoba dari hal – hal yang kecil dulu, sekecil apapun usaha yang dijalankan atau menemui kegagalan dalam baru memulai usaha , berarti sudah mendapatkan satu point pengalaman yang berharga dibandingkan tak pernah mencoba sedikitpun untuk menjadi pengusaha. Apabila belum mempunyai modal , bisa bekerja dengan orang lain dulu untuk mengumpulkan modal sambil menjalankan usaha kecil – kecilan dulu setelah usaha berjalan barulah berhenti dari bekerja dengan orang lain.

Ummat muslim yang penduduknya mayoritas di Indonesia haruslah segera meninggalkan pola fikir yang masih bekeinginan setelah sekolah tinggi lalu bekerja dengan orang lain menuju pola fikir untuk membangun semangat jiwa entrepreneur pada diri sendiri dan anak keturunan , bukankah Rasululah ,SAW dan mayoritas para sahabat mencotohkan untuk menjadi entrepreneur. Hanya dengan membangun semangat jiwa entrepreneur , ummat muslim bisa mengejar ketinggalan di bidang ekonomi, apalagi saat ini kita harus bersiap untuk menghadapi realitas ekonomi global yang penuh ketidak pastian dan kondisi ekonomi dalam negeri yang mana terjadi kenaikan harga semua kebutuhan pokok . Menurut para menteri perekonomian dan ekonom pada CEO Forum Kompas 100 saat comfort zone sudah lewat bagi perekonomian Indonesia saat ini. (Kompas 14 Maret 2008).

Sebagai penutup, saya bercerita ada seorang karyawan swasta yang bekerja di perusahaan asing datang ke tempat mertua saya untuk menceritakan perihal kerjanya yang selalu pulang larut malam bahkan sampai pagi, oleh mertua saya ia disarankan untuk keluar dan menjadi pengusaha. Ia menuruti apa yang dikatakan oleh mertua saya walaupun orangtuanya sangat keberatan ia keluar kerja dari perusahaan asing tsb.Ia memulai usaha dengan membuka wartel dan kursus private pelajaran sekolah namun gagal, lalu ia mencoba terus, terakhir ia datang ke mertua saya untuk meminta bantuan mencari karyawan kasir untuk ditempatkan di perusahaannya yaitu usaha cuci cetak foto digital di daerah ciledug. Usahanya sekarang itu terbilang lumayan karena omzetnya 1 bulan mencapai Rp.25 juta.

Membingkai jiwa entrepreneur sang buah hati


Pada tahun 1970-an, ditengah terik mentari yang panas menyengat, seorang remaja tampak sedang berjualan keliling di sebuah Kereta Api kelas ekonomi. Tak lama, ia merasa kehausan yang tiada terkira. Ia melihat sekelilingnya berharap ada yang menjual air putih, namun ternyata kosong. Yang berjejer hanyalah penjual kopi, susu atau teh manis dengan harga yang diluar batas kewajaran. Dari peristiwa di dalam Kereta Api tersebut, beberapa hari kemudian, ia mencoba menjajakan air putih dalam plastik. Kesana-kemari ia menawarkan air putihnya. Bukan untung yang ia dapat, melainkan beragam tertawaan dan cercaan dari orang sekelililingnya. ”Masak jualan air minum kok air putih, siapa yang mau beli?” celetuk salah satu penumpang. Ia tidak patah semangat. Berkat keuletan dan kesabarannya, air dikantungi plastik itu laku keras. Akhirnya sang penjual mulai memikirkan kemasan dalam botol dengan merek tersebut. Mulailah air minum dalam kemasan terkenal dimana-mana hingga booming seperti sekarang. Siapakah remaja tersebut? Remaja tadi adalah Tirto Utomo, penemu sekaligus pelopor kelahiran air kemasan bermerk, Aqua. Intuisi dan keberaniannya melawan pasar banyak dipuji berbagi kalangan. Tirto Utomo telah memulai wirausaha sejak dini dengan semangat mudanya yang bergelora. Bagaimana dengan sekarang? Belakangan ini cukup banyak lulusan Perguruan Tinggi yang hanya pandai mencari pekerjaan, tapi tidak mampu menciptakan pekerjaan. Mereka jadi bingung dan resah, ketika melamar kerja kesana-kemari namun selalu gagal dan gagal lagi. Hal ini karena para sarjana lulusan perguruan tinggi itu seringkali hanya ingin menjadi pegawai sebuah instansi atau pegawai kantoran, dan tidak terpikirkan untuk terjun ke kancah enterpreneurship. Ramalan beberapa ahli tentang gambaran masa depan dunia yang menuntut munculnya jiwa enterpreneur pada tiap individu tak dapat disangkal lagi. Persaingan global antar bangsa yang tak mengenal batas antar negara menuntut setiap orang untuk kreatif memunculkan ide-ide baru. Maka mempersiapkan anak agar mempunyai jiwa enterpreneur agaknya jadi satu hal yang penting dilakukan oleh orangtua dan lingkungannya. ”Jiwa enterpreneurship perlu kita tanamkan sejak usia dini, agar mereka kelak bisa menjadi wirausahawan yang handal,” demikian ujar Nafik Spd, Direktur The Naff, A Creative and Fun School saat ditemui di ruang kerjanya, Candi, Sidoarjo. Menurutnya, konsep pendidikan kita yang sifatnya doktrinal sejak TK sampai perguruan tinggi adalah biang carut-marutnya kondisi bangsa ini. “Mari kita lihat fakta di lapangan, kelas-kelas di TK kita pada umumnya dirancang dengan kelas-kelas yang pasif, murid duduk dibangku dengan meja berderet penuh sesak, sementara guru akting di depan panggung dengan ceramahnya setiap hari,” kata alumni IKIP Surabaya ini. Nafik menambahkan, yang terjadi dalam sekolah konvensional sekarang, siswa hampir tidak diberi kesempatan untuk bereksplorasi. Siswa terpasung setiap hari dan berlangsung dari TK–SD–SMP–SMA bahkan hingga perguruan tinggi. Anak-anak sama sekali tidak bersalah, tapi mereka tidak berdaya, mereka hanya menjadi korban kebijakan dan ke-sok tahu-an orang dewasa. Jiwa entrepreneur memerlukan motivasi yang bagus, intelegensi yang cukup baik, kreatif, inovatif, dan selalu mencari sesuatu hal yang baru untuk bisa dikembangkan. Sayangnya, menurut Nafik hal-hal tersebut di sekolah kurang mendapat perhatian. Kebanyakan sekolah masih terfokus pada pengembangan kecerdasan intelegensi saja. Contextual Teaching and Learning (CTL) Karenanya, untuk menumbuhkan jiwa entrepreneur, diperlukan konsep yang disebut Contextual Teaching and Learning (CTL). Apa itu CTL? CTL adalah model pembelajaran yang menghasilkan dunia nyata untuk mempermudah pemahaman transfer ilmu. Tujuannya, untuk membuat anak terbiasa dalam mendeskripsikan sesuatu sekaligus sebagai bekal memecahkan masalah. Salah satu karakteristik dari model pembelajaran CTL adalah peserta itu harus mengalami apa yang dia terima dari berbagai teori yang disampaikan oleh gurunya. “Terkait dengan kemampuan entrepreneur, CTL ini juga bisa diterapkan orangtua dengan mengaplikasikan berbagai mata pelajaran yang ada di sekolah dikaitkan dengan berdagang atau ekonomi,” kata Nafik. Nafik mencontohkan, salah satu bentuk CTL adalah pengaplikasian beberapa mata pelajaran yang bisa dikaitkan dengan pengembangan potensi entrepreneur anak. Pertama, Konsep Matematika diaplikasikan melalui transaksi harga, menghitung pengembalian, menghitung diskon, membuat dan mengisi kwitansi atau nota, membuat laporan keuangan, rugi laba, dan neraca. Kedua, Konsep Bahasa (Indonesia & Inggris) diaplikasikan melalui negosiasi, presentasi, menawarkan, membuat proposal, membuat MOU atau surat perjanjian, membuat goalsetting, telephoning system, proses pengiriman dan komunikasi verbal lainnya dengan cara langsung praktek. “Terkait dengan bahasa ini, anak didik harus dibiasakan untuk melakukan percakapan dengan bahasa Inggris, menawarkan barang dengan bahasa Inggris. Saya kira dengan cara ini akan lebih mudah meningkatkan kemampuan bahasa. Anak jadi tak canggung,” tambah Nafik. Ketiga, Konsep IPS atau Ilmu Sosial diaplikasikan melalui interaksi terhadap orang lain yang baru dikenal, membuat pemetaan wilayah, membuat pemetaan target, team work, diskusi, penentuan dan pembagian job deskripsi, sharing keuntungan dan sebagainya. Keempat, Konsep Sains atau IPA atau Seni diaplikasikan melalui perencanaan konstruksi, perancangan model, pembuatan hasil karya, produksi, teknik analisa, pencampuran, pengolahan, dan pengepakan produk. Kelima, Konsep Agama atau Etika diaplikasikan melalui pembentukan mental, pembekalan, kepribadian, teknik dan latihan pengelolaan emosi, kejujuran, dan konsep keyakinan kepada Allah SWT. Aspek merencanakan –usaha-kerja keras–berdoa–tawakkal. “Konsep agama ini begitu sentral dan utama untuk segera diinternalisasi pada jiwa anak-anak. Dengan pemahaman agama yang benar dan mudah dicerna. Sang anak akan berkepribadian mulia,” sambung Nafik lagi. Peran Sentral Orang Tua Pada dasarnya, Nafik mengibaratkan, anak usia TK dan SD ibarat mata air yang selalu mencari tempat yang lebih rendah. Nah, tempat yang rendah versi anak-anak adalah dengan terjun ke dunia yang menyenangkan seperti bermain. Orangtua harus memahami bagaimana mengarahkan mata air tersebut agar tidak terus-menerus mencari tempat yang lebih rendah. Nafik menganjurkan kepada orangtua agar sang anak tidak dipaksa-paksa dalam memilih hobi atau cita-citanya. Jika sang anak hobi dagang, harus terus-menerus di support. Orangtua adalah pihak yang bertanggung jawab penuh dalam proses ini. Anak harus diajarkan untuk memotivasi diri untuk bekerja keras, diberi kesempatan untuk bertanggungjawab atas apa yang dilakukan. Pada usia sekolah misalnya, anak biasanya sudah dapat diajarkan jual beli. Pada tahap ini anak diajarkan untuk mengenal usaha untuk mendapatkan sesuatu atau berbisnis kecil-kecilan. Misalnya, anak bisa diajarkan menjual barang hasil karyanya, seperti, es mambo, kue, dan lain-lain. Syaratnya, tahapan ini bisa dijalankan bila orangtua sudah mengajarkan cara mengelola uang terlebih dahulu. Sehingga anak sudah terbiasa untuk menabung dan mengatur uangnya dengan baik. Dengan demikian uang yang mereka dapat tak segera dihabiskan untuk hal-hal yang tak perlu. Dihubungi di tempat terpisah, Mohammad Arodhi, SPd, Wakil Kepala Sekolah Bagian Kurikulum SD Al Hikmah Surabaya menegaskan bahwa anak, tidak terus-menerus bergantung kepada orangtua dalam mengelola kehidupannya. Maka, kemandirian anak sudah sepatutnya ditanamkan sejak usia dini baik itu oleh orangtua atau guru. “Guru sebagai orangtua anak di sekolah harus memahami betul bagaimana pola pendidikan mandiri,” kata bapak tiga anak ini. Terkait dengan kemandirian anak ini Arodhi mengkisahkan, ada orangtua yang memprotes sekolah hanya gara-gara pengakuan putranya yang menerangkan bahwa sepulang sekolah diminta untuk menata bangku-bangku sekolah. “Sang ibu itu protes, ia mengatakan, anaknya di sekolahkan mahal-mahal tidak untuk dijadikan pembantu. Kemandirian, lanjutnya memang butuh pengorbanan dan ketegaan dari orangtua agar sang anak bisa mandiri menyelesaikan persoalannya,“ pungkas pria 39 tahun ini. Sejak dini, jiwa entrepreneur baik untuk ditanamkan. Inti dari entrepreneurship adalah bagaimana menanamkan cara untuk berusaha, memecahkan permasalahan dan bertanggung jawab penuh atas apa yang dia lakukan. Sangat positif, bukan? (dody) Bingkai II Mulailah Dengan Bisnis Kecil-Kecilan Wirausaha merupakan suatu usaha yang dilakukan dengan penuh tanggung jawab dan membutuhkan banyak kreativitas. Rasa tanggung jawab dan kreativitas dapat ditumbuhkan sedini mungkin sejak anak mulai berinteraksi dengan orang dewasa. Karenanya, orangtua perlu melatihnya dengan mengajak atau memancing agar anak bisa berbisnis kecil-kecilan agar tanggung jawab itu muncul sejak dini. Mengajari anak berbisnis sangat urgen di zaman sekarang. Pasalnya, menurut Nafik, planet ini sedang ”diserang” oleh generasi yang sangat kreatif dari berbagai negara tetangga. Apabila kita tidak terlibat dalam menyiapkan anak-anak kita sejak sangat dini maka 15-20 tahun yang akan datang mereka akan menjadi bulan-bulanan generasi dari negara tetangga. ”Dan pada akhirnya kita akan hanya menjadi penonton di negeri sendiri, sambil berkata kenapa bukan saya, kenapa orang itu,” tambah Nafik. Nafik mengatakan, mengajari anak memulai bisnis bisa dilakukan dengan barang atau media yang dekat dengan kehidupan anak sehingga mudah untuk melakukannya. Misalnya, anak bisa diajarkan menjual barang hasil karyanya, seperti es mambo, kue, dan lain-lain. ”Dampaknya, anak akan terasah dan terlatih kepekaan membaca peluang yang ada disekitarnya,” kata pria yang juga Trainer Guru dan Anak ini. Ketika bisnis sudah jalan, langkah selanjutnya adalah memberikan arahan membuat pembukuan keuangan atau biasa disebut Personal Financial Report (PFR). PFR adalah laporan keuangan pribadi anak yang dibuat dengan cara dan format yang sangat sederhana dengan harapan anak akan terbiasa mencatat berbagai hal yang terkait dengan keuangan. Untuk itu perlu adanya form pencatatan yang standar semacam jurnal. Hanya saja, kata Nafik, hambatan-hambatan pasti akan selalu menyertai. Hambatan yang akan muncul umumnya dari diri orangtua yang kurang disiplin dalam memotivasi dan mengevaluasi aktivitas anak, dan cemoohan dari kawan, tetangga dan orang yang menganggap upaya kita itu adalah aneh, ngrepotin, dan lain-lain. Tips Merangsang Anak Gemar Berbisnis : 1. Anak-anak harus dirangsang bagaimana bisa melihat peluang dan ada nilai manfaatnya. Misalnya, ketika dia belajar. Memberi tugas mandiri, mengajak anak mengkliping sesuatu yang ia amati dan ditulis. Anak dilatih agar peka dan bisa diambil manfaatnya. Akhirnya ia mendapatkan sesuatu yang bisa dibisniskan. 2. Anak-anak diajak berimajinasi jika berbisnis jadi pengusaha sukses, punya uang banyak, bisa liburan ke luar negeri dan tempat-tempat eksotis, atau tak perlu memikirkan pekerjaan lagi karena sudah punya banyak uang 3. Mulailah membuat rencana bertahap terhadap buah hati Anda. Buatlah kondisi dari nol dengan satu syarat, selalu melihat ke depan. Misalnya, tak punya uang tapi punya modal kemampuan. Jika punya uang Rp 50 ribu dan pintar dagang, apa yang akan dilakukan agar bisa menghasilkan lebih. Lakukan bertahap, perlahan, sesuai kemampuan sang anak. Jika dilakukan dengan benar, lambat laun keuntungan akan mengikuti anak Anda. 4. Buat anggaran-anggaran khusus. Sebagai orangtua, buatlah anggaran pengeluaran dan pemasukan dengan rapi sebagi modal anak Anda.(dody)

Bangkitkan Jiwa Entrepreneur

Kalau di supermarket dijual dalam kemasan kaleng “Jus Pembangkit Jiwa Entrepreneur”, yang mampu membuat anda memiliki beberapa kemampuan luar biasa, selalu memiliki sudut pandang positip, intuisi terbuka, kreatip, pandai membuat keputusan pintar, semangat dan energi yang tidak ada habisnya, seperti orang Jakarta bilang “kagak ada matinye”, tambahan lagi wajah selalu berseri-seri, maka saya yakin sekali bahwa anda pasti akan berbondong-bondong membelinya, bahkan memborong Jus kalengan seperti itu, buat persediaan selamanya. Ya nggak?

Sayangnya, Jus seperti itu tidak ada, tidak bakal ada, apalagi dijual.

Adanya ternyata, justru didalam diri anda sendiri. Ya, ada didalam diri anda sendiri. Nggak usah jauh-jauh kemana musti mencarinya, nggak usah membeli, gratis. Tinggal membangkitkannya.

Mari saya tunjukkan, bagaimana membangkitkannya. Ada 3 langkah mencapainya!!!

Meskipun saat ini anda merasa sudah berada di tingkat tertinggi dalam entrepreneurship anda, maka saya tetap merekomendasikan anda ikuti 3 langkah tersebut. Paling tidak, untuk me-refresh entrepreneurship anda dan tampil baru.

Apalagi bila anda merasa di level setengah-setengah, sudah tentu harus nurut.

Yang paling enak tentunya adalah entrepreneur pemula, atau yang baru ingin jadi entrepreneur, tinggal buka saja kemaronnya, langsung digerojok penuh tanpa perlawanan. Nikmat!!!

Anda pasti juga bertanya-tanya, apa benar sih ada orang seperti di alinea 1 tulisan ini? Jawabannya, ada, dan sangat banyak sekali. Salah satunya adalah yang baru saja menyelesaikan tulisan ini, dan akan segera bertambah satu orang lagi, begitu anda selesai mempraktekkannya. Demikian seterusnya Jadi, pastikan anda mengikuti 3 langkah ini.

Sampai saat ini, saya selalu me-Refresh diri saya sendiri dgn 3 langkah tersebut, sehingga setiap saat seakan saya tampil dengan battery yang selalu di-charge setiap hari.

Inilah 3 langkah membangkitkan jiwa entrepreneur kita, bacanya pelan-pelan saja sambil dilakukan dan diresapi:

1. Selalu Bersyukur
2. Selalu Berpikir Positip
3. Bangkitkan Otak Kanan

Sekarang anda pasti bilang, apaaan ….. gampang sekali!!! Nah tuh, mulai melawan ….. pokoknya lakukan saja deh !!!.

Kalau sudah bisa melakukan semua, maka menjalankannya musti ketiga-tiganya bersaman, biar mulek gitu !!!

Selalu Bersyukur

Sekarang juga, angkat dan buka lebar-lebar kedua tangan anda keatas, tarik kebelakang sambil diturunkan, sambil menghirup dan menghembuskan udara segar, dalam-dalam, mengucapkan syukur kehadirat Allah SWT, … ya Allah ….. luar biasa sekali Engkau …. Nikmat sekali ini semua …. Kau berikan aku bisa melihat ….. kau berikan aku bisa merasakan nikmatnya udara yang kuhirup ini ….. nikmat sekali ya Allah …… terimakasih ya Allah.

Lakukan berulang secara dalam-dalam dan sungguh-sungguh, sampai anda merasakan kelegaan yang luar biasa dalam hati anda, rasakan kebesaran hati anda, berulang-ulang sedemikian bersyukurnya, menimbulkan kelegaan yang menyeruakkan rasa bergetar dibelakang kepala anda.

Atau, kalau masih belum kuat juga, cara yang sama, ….. ya Allah ….. luar biasa sekali Engkau …. Kau berikan aku nikmat yang amat luar biasa ini ya Allah …. luar biasa sekali anakku ini ya Allah …. Luar biasa sekali keluargaku ini ya Allah, …. sungguh bangga aku memilik mereka ya Allah ….. terimakasih ya Allah ….

Kalau didepan anda ada anak anda, sambil peluklah dia. Kalau ada istri/suami anda peluklah dia, bukankah sangat luar biasa memiliki mereka? Nikmatilah rasa syukur itu dalam-dalam.

Plong, lega, ringan, membesarkan jiwa, rasa bergetar dibelakang kepala kita. Itulah yang harus anda rasakan.

Lakukan terus menerus, tanpa diketahui orang lain tentunya, nggak usah angkat-angkat tangan lagi, nggak usah peluk-peluk lagi, ‘ntar dikira lagi aneh nih orang!!

Pokoknya lakukan terus sampai malam nanti.

Lalu, ingat-ingat, besok pagi, begitu bangun ucapkan doa dan teruskan mengucapkan syukur lagi seperti itu, …..ya Allah terimakasih, masih Kau beri aku kesempatan menikmati hidup ini Ya Allah…., besoknya lagi diulang terus, dan terus.

Terus, kapanpun anda ingat, dimanapun, lakukan syukur. Asal, jangan pas lagi di WC ya?

Rasa syukur yang tulus dan terus-menerus ini akan membesarkan hati dan jiwa anda, selalu plong, selalu lega, selalu tak ada beban dan selalu bersemangat sepanjang hari. Rasakan ada energi baru yang terus-menerus terpompakan kedalam diri anda.

Itulah yang saya rasakan saat ini, seakan energi itu tidak ada habisnya, tidak ada capek-nya, dari satu meeting ke meeting yang lain, dari satu topic ke topic yang lain, dari satu problem solving ke problem solving yang lain, energi itu selalu terbarukan, selalu kreatif.

Buat saya, karena suatu kejadian luar biasa yang pernah menimpa saya pada masa lalu, setiap tarikan nafas saya saat ini ternyata mampu membuat saya amat sangat bersyukur kehadirat Allah SWT. Alam bawah sadar saya selalu merespons rasa senang betapa nikmatnya udara yang dapat saya hirup ini.

Setiap orang pasti punya satu cara tersendiri untuk bersyukur kehadirat Tuhan YME. Carilah suatu kejadian luar biasa yang pernah anda alami di masa lampau, yang sedemikian rupa sehingga mampu membuat anda bersyukur dengan amat sangat. Temukan, lalu lakukan terus menerus.

Ada sebuah bonus besar kalau anda berhasil melakukan syukur yang tulus dan terus menerus, yaitu kesembuhan dari berbagai penyakit. Kalau anda saat ini sedang sakit, makin sungguh-sungguhlah anda bersyukur.

Beberapa penelitian meyimpulkan, rasa syukur yang tulus dan terus menerus akan menyembuhkan penyakit kita, penyakit apapun juga. Percayalah.

Mulai sekarang, bila kita mengucapkan Alhamdulillah ……. Resapilah sedalam-dalamnya …. rasakan sensasi itu terjadi terus menerus …. agar kita mendapatkan energi syukur yang selalu terbarukan, sekaligus bonusnya.

Buat rekan-rekan yang beragama bukan Islam, sudah barang tentu syukur anda itu dengan menyebutkan nama Tuhan, atau cara seperti yang diajarkan agama anda.

Selalu Berpikir Positip

Tariklah nafas dalam-dalam lagi. Rasakan energi syukurnya.

Segera setelah anda menemukan energi yang membesarkan jiwa yang timbul dari rasa syukur itu terjadi, langsung saja anda pindah ke dahi, disitulah anda menempatkan rasa selalu berpikir positip.

Mulai sekarang, sambil tetap menjaga energi syukur itu terus menerus tetap ada, kita tambahkan rasa selalu berpikir positip didahi kita, selalu memandang segala sesuatu dari sudut yang baik, apapun itu. Luar biasa.

Rasakan, hidup anda akan menjadi baik karena kita selalu memandangnya dari segi yang baik. Selalu berpikir baik tentang diri sendiri. Selalu bepikir baik tentang orang yang kita ajak bicara. Selalu berpikir baik tentang apapun disekitar kita.

Itu akan men-setting wajah kita selalu ramah terhadap orang lain, sehingga orangpun pasti akan bersikap sama terhadap kita, membuat apapun yang kita kerjakan menjadi sangat menyenangkan.

Ada banyak penelitian yang mengatakan bahwa pikiran positip ini bisa kita tularkan ke orang lain. Cobalah selalu buat seseorang yang kita ajak bicara itu ikut berpikiran positip, yaitu dengan cara memancarkan pikiran positip kita ke orang tersebut. Niscaya dia akan berpikiran positip pula.

Alam semesta akan memancarkan pikiran positip kita ke orang lain tersebut, seperti garpu tala menularkan nada yang sama ke garpu tala lain yang didekatkan kepadanya.

Pokoknya, apapun orang bilang tentang kita, kita akan melihatnya dari sudut yang baik. Apapun yang terjadi pada diri kita, kita akan selalu melihatnya dari sudut yang baik.

Gabungan energi syukur dan pikiran positip yang luar biasa ini mustinya sudah anda rasakan saat ini. Rasa segar bersemangat, lega, besar, indah dan selalu positip mustinya sudah terjadi dalam diri anda sekarang. Anda akan melihat mata lawan bicara anda, anda akan berbicara dengan nada semangat disuara anda.

Lakukan terus menerus membangkitkan energi syukur dan pikiran positip ini kapanpun dan dimanapun juga. Secara fisik, anda akan tampil persis seperti seorang entrepreneur yang sebenarnya. Dan anda akan terus membutuhkan energi ini untuk keberhasilan entrepreneurship anda.

Kalau belum juga merasakan seperti yang saya tuliskan diatas, ulangi saja membaca dan melakukannya lagi dari depan, barulah membuka otak kanan.

Buka Otak Kanan

Otak kanan yang terbuka dan aktif membuat anda memiliki kemampuan luar biasa dalam intuisi, kreatif, inovatif, leadership dan entrepreneurship itu sendiri.

Bertahun-tahun selama hidup kita, kita sibuk melatih otak kiri kita, yaitu otak analitis. Misalnya kemampuan matematis dan analitis. Bagus sekali, sih! Cuma saja pada waktu yang sama, kita malah menelantarkan pengembangan otak kanan yang justru amat dibutuhkan dalam menjalani peran kita sebagai seorang entrepreneur.

Tidak usah disesali, sekarang kita musti mengaktipkan otak kanan kita, dan terus melatih menggunakannya.

Karena sudah terlanjur lama ditelantarkan, maka kemampuan otak kanan kita level nya njomplang dibawah level otak kiri. Namun, sekali saja otak kanan ini diaktpkan lalu dilatih dengan baik, maka kemampuan otak kanan kita akan ngebut mengejar kemampuan otak kiri, menuju keseimbangan.

Keseimbangan memampuan otak kanan dan otak kiri inilah, yang didukung dengan kuatnya energi syukur dan pikiran positip, yang akan bisa membawa kita menjadi seorang entrepreneur yang baik dan sukses. Kuasailah dengan sebaik-baiknya.

Mari kita aktifkan otak kanan kita.

Cara terbaik adalah dzikir hati seperti yang diajarkan oleh seorang rekan senior saya dari Jogjakarta, Pak Ndung. Dan Alhamdulillah, kita sudah mendapatkan ijin beliau untuk ikut menggunakan caranya dalam mengaktipkan otak kanan kita.

Carilah suatu titik di dada kita, sedikit diatas ulu hati, tiga jari disebelah kiri. Rasakan seolah mulut kita berada dititik itu, dan berdzikir tanpa suara dititik itu. Menyebutkan nama Tuhan.

Ya Rahman Ya Rahim, Ya Rahman Ya Rahim, dan seterusnya, berulang kali kapan saja dimana saja, asal jangan pas kita berada di WC.

Ini akan mengaktipkan otak kanan kita, dan ini harus kita latih terus-menerus agar mem balance kemampuan otak kiri dengan otak kanan kita.

Tidak seperti 2 cara yang lainnya yaitu bersyukur dan berpikiran positip, maka aktifnya otak kanan kita ini tidak akan bisa kita rasakan. Percaya sajalah, pokoknya anda sekarang sudah memiliki intuisi seorang entrepreneur.

Kesimpulan

Mengapa ajarannya enjadi sangat spiritual? Anda pasti bisa mengerti karena yang kita bangkitkan adalah Jiwa kita. Dan cara spriritual adalah cara terbaik.

Anggap saja saat ini anda sudah mampu melakukannya dengan baik yaitu membangkitkan energi syukur dan pikiran positip, sekaligus anda sudah memiliki keseimbangan otak kiri dan otak kanan anda.

Maka saat ini, anda mustinya sudah merasakan sensasi alinea pertama tulisan ini.

Kalau masih belum bisa, ulangi saja membaca dan melakukannya kembali dari awal. Kalau belum bisa juga, ulangi lagi. Begitu seterusnya. Meskipun sudah bisa, anda musti tetap harus melakukannya terus menerus.

Saya melakukannya terus menerus, bahkan hampir seperti terjadi begitu saja secara otomatis. Ini menjaga saya tetap tajam, positip, bersemangat, mampu menghasilkan berbagai keputusan kreatif, yaaah, pokoknya menjadi seperti orang di alinea 1 diatas.

Andapun pasti bisa !!!

Salam,

Sunaryo Suhadi
Restore Default Settings